Senin, 12 Agustus 2013

Dream Catcher, Antara Mitos dan Trend Fashion

Jakarta, Media Publica – Dream catcher, mungkin bagi beberapa orang sudah sering mendengar hal yang satu ini, tetapi ada juga yang belum pernah mendengarnya. Namun, tahukah mereka mitos dari dream catcher itu sendiri? Ataukah mereka menggunakannya hanya untuk sekadar bergaya agar dikatakan trendi dan mengikuti perkembangan saat ini.
Dream catcher atau penangkap mimpi adalah sebuah kepercayaan asal penduduk pribumi Amerika (Indian). Beragam legenda-legenda mengenai asal usul dream catcher ini, menceritakan apa yang dapat dilakukan oleh si penangkap mimpi. Indian Lakota memercayai bahwa, mimpi yang baik ditangkap untuk menjadi bagian dari jaringan kehidupan, sementara mimpi buruk nantinya akan lolos begitu saja melalui lubang yang ada ditengah penangkap mimpi.
Berbeda degan suku Chippewa, Navaji, dan Ojibwe yang menyatakan bahwa jarring itu digunakan untuk menangkap mimpi buruk dan mencegahnya masuk kedalam impian sang empunya, sementara mimpi baik anak lolos melalui lubang ditengahnya. Penangkap-penangkap mimpi ini semuanya terbuat dari simpai dan urat jarring pohon willow. Biasanya penangkap mimpi ini akan digantungkan diatas tempat tidur. Penangkap mimpi tidak permanen digunakan, ketika sudah tumbuh dewasa penangkap mimpi ini biasanya diganti dengan yang baru, mengikuti siklus kehidupan siempunya.
Benda tersebut kerap kali dikaitkan dengan mimpi, namun sesungguhnya memiliki makna yang luas. Dream catcher ini tidak hanya berguna untuk menangkap mimpi baik atau buruk saja, namun lebih merupakan jimat yang dipercaya untuk memusatkan energi positif dan menghilangkan energi negatif.
Kalung dream catcher, sebagai pelengkap pakaian saat pergi. Sumber : Sepuluh
Kalung dream catcher, sebagai pelengkap pakaian saat pergi.
Sumber: Sepuluh
Mungkin bagi anak muda yang mengikuti tren sudah sering mendengar tentang dream catcher. Yang saat ini, sudah menjadi ‘must have item’ anak muda pecinta fesyen. Dream catcher saat ini digunakan sebagai pemanis penampilan mereka jika berpergian ke kampus, mall, atau hanya sekadar kongkow dikedai kopi bersama teman-temannya. Kalung yang dibuat dengan beragam warna dan ukuran diameter yang berbeda ini cukup menarik perhatian bagi para penggila kalung.
Seperti yang diungkapkan oleh Rara “Gue kan baru pakai nih, lagi tren juga kan. Gue cuma pake buat fesyen aja, biar bajunya keliatan lebih rame,” ungkap Mahasiswi Fikom UPDM(B) semester dua ini. Berbeda dengan Rara, Lolita mengaku lebih senang menggunakan dream catcher dari segi mitosnya, sehingga ia menaruh dream catcher tersebut sebagai pajangan diatas tempat tidurnya, ia percaya dengan mitos benda tersebut sebagai penghalau mimpi buruk.
Sementara itu, bagi Alza yang mengaku suka akan pemaknaan dari dream catcher itu sendiri, “maknanya sih sebenernya kayak menangkap mimpi baik ya, dan menggantungkan mimpi, terus kita menangkapnya sehingga mimpi itu bisa menjadi kenyataan,” ungkapnya. Ia juga melanjutkan bahwa, ia tidak menggunakan dream catcher sebagai aksesoris. “Kalau pakai aksesoris nggak ya, tapi pemaknaannya suka, pemaknaan dari arti lambang dream catcher itu. Jujur sih dulu lebih kearah mitos, tapi sekarang kalau ngeliat orang-orang yang pakai aksesoris, itu ke fesyen sih,” lanjut mahasiswa tingkat akhir ini.

Tren saat ini, dream catcher sendiri sudah beralih fungsi sebagai fesyen. Tak sedikit yang percaya akan mitos yang dibawa dari benda berbentuk lingkaran dengan jaring-jaring ditengahnya ini. Namun, beralih fungsi sebagai fesyen tidak menghapuskan sisi tradisional dari dream catcher itu sendiri. Nah, Jadi Anda sedikit tahu mengenai mitos dari kalung ini kan? Tidak hanya sebagai fesyen saja, namun Anda juga mengetahui makna dibalik sipenangkap mimpi yang memikat hati ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar