Jakarta, Media Publica – Dream
 catcher, mungkin bagi beberapa 
orang sudah sering mendengar hal yang satu ini, tetapi ada juga yang 
belum pernah mendengarnya. Namun, tahukah mereka mitos dari 
dream catcher
 itu sendiri? Ataukah mereka menggunakannya hanya untuk sekadar bergaya 
agar dikatakan trendi dan mengikuti perkembangan saat ini.
Dream catcher atau penangkap mimpi adalah sebuah kepercayaan
 asal penduduk pribumi Amerika (Indian). Beragam legenda-legenda 
mengenai asal usul
 dream catcher ini, menceritakan apa yang 
dapat dilakukan oleh si penangkap mimpi. Indian Lakota memercayai bahwa,
 mimpi yang baik ditangkap untuk menjadi bagian dari jaringan kehidupan,
 sementara mimpi buruk nantinya akan lolos begitu saja melalui lubang 
yang ada ditengah penangkap mimpi.
Berbeda degan suku Chippewa, Navaji, dan Ojibwe yang menyatakan bahwa
 jarring itu digunakan untuk menangkap mimpi buruk dan mencegahnya masuk
 kedalam impian sang empunya, sementara mimpi baik anak lolos melalui 
lubang ditengahnya. Penangkap-penangkap mimpi ini semuanya terbuat dari 
simpai dan urat jarring pohon willow. Biasanya penangkap mimpi ini akan 
digantungkan diatas tempat tidur. Penangkap mimpi tidak permanen 
digunakan, ketika sudah tumbuh dewasa penangkap mimpi ini biasanya 
diganti dengan yang baru, mengikuti siklus kehidupan siempunya.
Benda tersebut kerap kali dikaitkan dengan mimpi, namun sesungguhnya memiliki makna yang luas. 
Dream catcher
 ini tidak hanya berguna untuk menangkap mimpi baik atau buruk saja, 
namun lebih merupakan jimat yang dipercaya untuk memusatkan energi 
positif dan menghilangkan energi negatif.

Kalung dream catcher, sebagai pelengkap pakaian saat pergi.
Sumber: Sepuluh
 
Mungkin bagi anak muda yang mengikuti tren sudah sering mendengar tentang 
dream catcher. Yang saat ini, sudah menjadi 
‘must have item’ anak muda pecinta fesyen. 
Dream catcher
 saat ini digunakan sebagai pemanis penampilan mereka jika berpergian ke
 kampus, mall, atau hanya sekadar kongkow dikedai kopi bersama 
teman-temannya. Kalung yang dibuat dengan beragam warna dan ukuran 
diameter yang berbeda ini cukup menarik perhatian bagi para penggila 
kalung.
Seperti yang diungkapkan oleh Rara “
Gue kan baru pakai nih, lagi tren juga kan. 
Gue
 cuma pake buat fesyen aja, biar bajunya keliatan lebih rame,” ungkap 
Mahasiswi Fikom UPDM(B) semester dua ini. Berbeda dengan Rara, Lolita 
mengaku lebih senang menggunakan 
dream catcher dari segi mitosnya, sehingga ia menaruh 
dream catcher tersebut sebagai pajangan diatas tempat tidurnya, ia percaya dengan mitos benda tersebut sebagai penghalau mimpi buruk.
Sementara itu, bagi Alza yang mengaku suka akan pemaknaan dari 
dream catcher itu sendiri, “maknanya sih sebenernya 
kayak
 menangkap mimpi baik ya, dan menggantungkan mimpi, terus kita 
menangkapnya sehingga mimpi itu bisa menjadi kenyataan,” ungkapnya. Ia 
juga melanjutkan bahwa, ia tidak menggunakan 
dream catcher sebagai aksesoris. “Kalau pakai aksesoris 
nggak ya, tapi pemaknaannya suka, pemaknaan dari arti lambang 
dream catcher itu. Jujur sih dulu lebih kearah mitos, tapi sekarang kalau 
ngeliat orang-orang yang pakai aksesoris, itu ke fesyen sih,” lanjut mahasiswa tingkat akhir ini.
Tren saat ini, 
dream catcher sendiri sudah beralih fungsi 
sebagai fesyen. Tak sedikit yang percaya akan mitos yang dibawa dari 
benda berbentuk lingkaran dengan jaring-jaring ditengahnya ini. Namun, 
beralih fungsi sebagai fesyen tidak menghapuskan sisi tradisional dari d
ream catcher
 itu sendiri. Nah, Jadi Anda sedikit tahu mengenai mitos dari kalung ini
 kan? Tidak hanya sebagai fesyen saja, namun Anda juga mengetahui makna 
dibalik sipenangkap mimpi yang memikat hati ini.