Kamis, 11 April 2013

Zaman para dewa Yunani


Pengebirian Uranus: lukisan dinding oleh Vasari & Cristofano Gherardi (c. 1560, Sala di Cosimo I, Palazzo Vecchio, Firenze).

"Mitos asal-usul" atau "mitos penciptaan" melambangkan usaha untuk menguraikan alam semesta dan menjelaskan asal mula dunia supaya dapat dipahami oleh akal manusia.[24] Versi yang paling banyak diterima pada saat ini, meskipun merupakan suatu kisah filosofis mengenai asal usul segala sesuatu, diceritakan oleh Hesiodos, dalam karyanya Theogonia. Dia mulai dengan Khaos, suatu entitas yang tak berbentuk dan msterius. Dari Khaos ini muncullah Gaia atau GĂȘ (dewi bumi) serta beberapa makhluk dewata primer lainnya, di antaranya adalah Eros (Cinta), Tartaros (Perut bumi), Erebos (Kegelapan), dan Niks (Malam). Niks bercinta dengan Erebos dan melahirkan Aither (Langit atas) dan Hemera (Siang).[25] Tanpa pasangan pria, Gaia melahirkan Uranus (dewa langit) dan Pontos (dewa laut). Uranus kemudian menjadi suami Gaia. Dari hubungan mereka, terlahirlah para Titan pertama, yang terdiri dari enam Titan pria, yaitu Koios, Krios, Kronos, Hiperion, Iapetos, dan Okeanos, serta enam Titan wanita, yaitu Mnemosine, Foibe, Rea, Theia, Themis, dand Tethis. Setelah Kronos lahir, Gaia dan Uranus memutuskan bahwa tidak ada Titan lagi yang boleh lahir. Anak-anak Gaia dan Uranus yang lahir kemudian adalah para Kiklops (raksasa bermata satu) dan Hekatonkheire (raksasa bertangan seratus). Karena memiliki rupa yang mengerikan, para Kiklops dan Hekatonkheire dikurung oleh Uranus.[26] Gaia marah atas tindakan Uranus dan mengajak para Titan untuk memberontak melawan Uranus. Kronos, anak Gaia yang "paling cerdik, muda, dan mengerikan",[25] melaksanakan perintah Gaia dan dia pun memotong alat kelamin ayahnya sendiri. Setelah itu Kronos menjadi penguasa para dewa dengan Rea, yang merupakan kakak sekaligus istrinya, sebagai pasangannya, dan para Titan yang lain menjadi anak buahnya.
Kisah mengenai konflik antara ayah dan anak kembali terulang ketika Kronos dikonfrontasi oleh putranya, Zeus. Ini bermula dari rasa takut ronos. Karena Kronos telah mengkhianati ayahnya, dia takut bahwa keturunannya akan melakukan hal yang sama. Jadi tiap kali Rea melahirkan, Kronos merebut bayinya dan menelannya. Rea marah atas tindakan suaminya dan memutuskan untuk melakukan suatu tipuan. Setelah melahirkan Zeus, Rea langsung menyembunyikannya dan memberikan batu yang terbungkus kain pada Kronos, yang langsung saja menelannya. Setelah dewasa, Zeus berhasil memperdaya Kronos untuk meminum suatu ramuan yang mengakibatkan Kronos memuntahkan semua anak-anak yang pernah ditelannya. Zeus lalu menyatakan perlawanan terhadap Kronos untuk merebut kepemimpinan para dewa. Pada akhirnya, dengan bantuan para Kiklops dan Hekatonkheire (yang dibebaskan oleh Zeus) serta melalui Titanomakhia (perang Titan) selama sepuluh tahun, Zeus dan saudara-saudarinya memperoleh kemenangan. Sementara itu Kronos dan para Titan pria, kecuali Atlas, dikurung di Tartaros.[27] Atlas sendiri memperoleh hukuman khusus, yakni dia mesti memikul langit.
Amphora berfigur hitam yang menggambarkan dewi Athena sedang "lahir" dari kepala Zeus, yang sudah menelan Metis, sementara itu dewi kelahiran, Eileithiia, berada di bagian kanan, 550–525 SM (Museum Louvre, Paris).
Zeus juga dihinggapi rasa kehawatiran yang sama, dan, setelah adanya ramalan bahwa putra dari istri pertamanya, Metis, akan menjadi dewa yang lebih kuat dari Zeus, maka Zeus pun menelan Metis. Ketika ditelan oleh Zeus, Metis sedang hamil. Setelah menelan Metis, Zeus mengalami sakit kepala yang luar biasa. Kemudian dari kepala Zeus terlahirlah dewi Athena yang sudah mengenakan baju perang lengkap. "Kelahiran" dari Zeus ini digunakan sebagai alasan mengapa Zeus tidak "digantikan" oleh dewa dari generasi selanjutnya, tetapi Zeus tetap tercatat sebagai asal-mula munculnya Athena. Ada kemungkinan bahwa ketika kisah ini muncul, perubahan kultural sudah berlangsung dan menyerap kultus lokal yang sudah berjalan lama mengenai pemujaan dewi Athena di kota Athena. Pemujaan itu kemudian berubah menjadi pantheon dewa-dewa Olimpus, dan proses perubahnnya sendiri terjadi tanpa konflik.
Orang Yunani yang memikirkan mengenai sajak menganggap bahwa theogonia (cerita kelahiran para dewa) sebagai genre puitis prototipe-mythos prototipikal—dan menghubungkan banyak kekuasaan di dalamnya. Orfeus, seorang penyair arketipal, juga merupakan seorang penyanyi arketipal theogonia. Dalam Argonautika buatan Apollonios, dikisahkan bahwa Orfeus menggunakan sajak-sajak theogonia untuk menenangkan lautan dan badai, juga untuk menggerakkan hati keras milik para dewa dunia bawah dalam perjalanannya ke dunia bawah. Dalam Himne Homeros untuk Hermes, ketika Hermes menciptakan lira, hal yang pertama kali dia lakukan adalah bernyanyi tentang kelahiran para dewa.[28] Theogonia buatan Hesiodos bukan hanya naskah yang masih bertahan yang menceritakan mengenai para dewa, namun juga naskah terlengkap yang masih ada yang menggambarkan fungsi penyair arkais. Theogonia sendiri diawali dengan doa pembuka yang ditujukan untuk para Mousai. Cerita theogonia merupakan subjek dari banyak sajak yang hilang, termasuk sajak-sajak yang dipercaya ditulis oleh Orfeus, Mousaios, Epimenides, Abaris, dan para peramal legendaris lainnya. Kisah-kisah tentang theogonia diyakini pernah digunakan dalam ritual penyucian pribadi dan ritus-ritus misteri. Ada indikasi bahwa Plato tidak asing dengan beberapa versi theogonia Orfik.[29] Namun, informasi mengenai kepercayaan dan ritus keagamaan memang sedikit, selain itu ciri-ciri budaya tersebut tidak akan dibeberkan secaa terbuka oleh para anggotanya ketika kepercayaannya sedang dilakukan. Setelah banyak kepercayaan religius yang menghilang, hanya sedikit orang yang masih mengetahui ritual dan ritusnya. Akan tetapi, kiasan dari rtus-ritus tersebut kadang muncul pada aspek-aspek yang cukup umum.
Penggambaran yang ada pada tembikar dan karya seni keagamaan, ditafsirkan, dan lebih mungkin disalahartikan dalam beragam mitos dan kisah. Beberapa bagian dari karya-karya ini masih ada dalam bentuk kutipan-kutipan oleh para filsuf Neoplatonis dan baru-baru ini terungkap melalui potongan-potongan papirus. Salah satu adalah Papirus Derveni, yang kini membuktikan bahwa setidaknya pada abad kelima SM ada sebuah sajak theogonia-kosmogoni buatan Orfeus. Sajak tersebut berusaha mengalahkan Theogonia buatan Hesiodos. Dalam sajak tersebut, silsilah para dewanya dapat ditarik kembali sampai kepada Niks (dewi malam) sebagai perempuan permulaan utama yang muncul sebelum Uranus, Kronos, dan Zeus.[30] Disebutkan pula bahwa Malam dan Kegelapan dapat menjadi setara dengan Khaos.
Para kosmolog filsafat dari masa awal banyak yang bereaksi, atau kadang membangun pandangan di atas konsepsi mitos terkenal yang sudah ada di dunia Yunani untuk beberapa waktu tertentu. Beberapa dari konsepsi yang terkenal ini dapat dilihat dari sajak-sajak Homeros dan Hesiodos. Dalam karya-karya Homeros, Bumi adalah piringan datar yang terapung di samudra luas yang disebut Okeanos dan di bagian atasnya ada langit hemisferikal yang diisi oleh mathari, bulan, dan bintang. Matahari (Helios) mengarungi langit dengan kereta perangnya pada siang hari dan berlayar di Bumi dengan mangkuk emas pada malam hari. Matahari, bumi, langit, sungai dan angin dapat dialamatkan ketika berdoa dan dipanggil untuk mengawasi sumpah. Celah alami yang ada di bumi secara terkenal dianggap sebagai jalan masuk ke dunia bawah, yang merupakan tempat berdiamnya para arwah, yang dipimpin oleh dewa Hades.[31] Sementara itu, pengaruh dari kebudayaan lainnya yang masuk ke Yunani juga selalu menghadirkan tema-tema baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar