Kamis, 11 April 2013

Perang Troya

Mitologi Yunani berpuncak pada Perang Troya serta peristiwa-peristwia setelahnya. Perang Troya terjadi ketika pasukan Yunani menyerang kota Troya di Asia Kecil. Dalam karya-karya Homeros, misalnya Iliad, cerita utamanya sudah memiliki bentuk dan substansi, sedangkan tema-tema individunya baru muncul kemudian, khususnya dalam drama Yunani. Perang Troya juga menimbulkan ketertarikan yang besar dalam budaya Romawi karena adanya kisah mengenai Aineias, seorang pahlawan Troya yang berhasil menyelamatkan diri ketika Troya dihancurkan. Dikisahkan bahwa dalam perjalanannya, Aineias mendirikan kota yang kemudian menjadi kota Roma. Kisah tersebut diceritakan dalam Aeneid karya Virgilus. Buku satu dalam Aeneid sendiri berisi versi paling terkenal mengenai penghancuran Troya.[64] Sumber lainnya mengenai Perang Troya adalah dua pseudo-kronik dalam bahasa Latin yang ditulis atas nama Diktis Kretensis dan Dares Phrygios.[65]
Lukisan dinding di istana Achilleion yang menggambarkan Akhilles sedang menyeret jenazah Hektor menggunakan kereta perangnya. Konflik antara Akhilles dan Hektor merupakan bagian penting dari Iliad, yang menceritakan tentang Perang Troya.
Siklus Perang Troya, suatu kumpulan wiracarita mengena Perang Troya, dimulai dengan sejumlah peristiwa yang kemudian berujung pada peperangan, antara lain kisah tentang Eris dan apel emas Kallistinya, Keputusan Paris, penculikan Helene, dan pengurbanan Ifigeneia di Aulis. Untuk mendapat Helene kembali, pasukan Yunani melakukan ekpspedisi besar-besaran di bawah komando saudara Menelaos, yakni Agamemnon, raja Argos atau Mykenai. Namun pihak Troya tidak mau menyerahkan Helene sehingga pasukan Yunani harus menggunakan cara-cara kekerasan. Iliad, yang berlatar pada tahun kesepuluh dalam Perang Troya, mengisahkan persilisihan antara Agamemnon dan Akhilles, yang merupakan salah satu prajurit Yunani terhebat. Iliad juga menceritakan kematian Patroklos, sahabat dan kekasih pria Akhilles, yang mengabaikan nasehat Akhilles sehingga pada akhirnya Patroklos dibunuh oleh Hektor, putra sulung Priamos. Akhilles marah besar dan balas membunuh Hektor. Setelah Hektor meninggal, pihak Troya dibantu oleh dua sekutu tambahan, yaitu Penthesileia, ratu suku Amazon, dan Memnon, raja Ethiopia dan putra Eos, dewi fajar.[66] Akhilles membunuh keduanya, namun kemudian Paris berhasil membunuh Akhilles dengan cara memanahnya di bagian tumitnya. Tumit Akhilles adalah satu-satunya bagian tubuhnya yang tidak kebal terhadap senjata manusia. Sebelum dapat menaklukan Troya, pasukan Yunani harus terlebih dahulu mengambil Palladium (patung kayu Athena) dari kuil di Troya. Dan pada akhirnya, dengan bantuan dewi Athena, pasukan Yunani membuat sebuah kuda kayu raksasa dan berpura-pura pergi dari Troya. Sebenarnya Kassandra, putri Priamos, sudah memperingatkan bahwa kuda itu berbahaya, akan tetapi rakyat Troya dipengaruhi oleh Sinon, orang Yunani yang berpura-pura telah melepaskan diri dari pasukan Yunani. Rakyat Troya pun membawa kuda itu masuk ke dalam kota sebagai persembahan untuk dewi Athena. Laokoon, seorang pendeta mencoba menghancurkan kuda itu, akibatnya dia tewas dimakan oleh ular laut kiriman Poseidon. Pada malam harinya, armada Yunani kembali ke Troya, sementara para prajurit Yunani yang berdiam dalam kuda kayu keluar dan membuka gerbang Troya. Malam itu pun menjadi malam kehancuran untuk Troya. Priamos dan semua putranya dibantai, sedangkan semua wanita Troya dijadikan budak dan dijual ke berbagai kota di Yunani.
Dua wiracarita kuno, yaitu Nostoi ("Kembali") yang kini hilang dan Odisseia karya Homeros, menceritakan perjalanan pulang para pemimpin Yunani seusai Perang Troya (termasuk pengembaraan Odisseus dan pembunuhan Agamemnon). Sementara itu petualangan Aineias diceritakan dalam wiracarita Aeneid.[67] Siklus Perang Troya juga meliputi kisah-kisah petualangan anak-anak dari para tokoh yang terlibat Perang Troya, seperti msialnya Orestes dan Telemakhos.[66]
Perang Troya memunculkan beragam tema dan menjadi sumber inspirasi utama untuk para seniman Yunani Kuno. Salah satu karya seni yang mengambil tema dari Perang Troya adalah metope di kuil Parthenon yang menggambarkan penghancuran Troya. Pilihan artistik ini, yang mengambil tema dari Siklus Troya, mengindikasikan bahwa ksiah itu sangat penting bagi peradaban Yunani Kuno.[67] Kisah Perang Troya juga mengilhami serangkaian tulisan sastra Eropa posterior. Contohnya para penulis yang menulis mengenai Troya di Eropa Abad Pertengahan. Mereka tidak terkait dengan Homeros dan menemukan banyak kisah kepahlawanan dan cerita romantis dalam legenda Troya serta kerangka yang cocok yang ke dalamnya mereka memasukkan gagasan-gagasan mereka sendiri mengenai nilai-nilai kesatria, kesopanan, dan kegagahan. Penulis abad ke-12, misalnya Benoît de Sainte-Maure (Roman de Troie [Roman Troya, 1154–60]) dan Joseph dari Exeter (De Bello Troiano [Mengenai Perang Troya, 1183]) menggambarkan peperangan di Troya sambil menulis kembali versi standar yang mereka temukan dari naskah kuno karya Diktis dan Dares. Dengan demikian mereka telah mengikuti nasehat-nasehat Horatius dan contoh-contoh Virgilus, yaitu mereka menulis kembali sajak Troya dan bukannya menulis sesuatu yang benar-benar baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar