Periode ketika para pahlawan hidup disebut dengan istilah Zaman Pahlawan.[48]
Sajak-sajak epik dan genelaogis menciptakan kisah-kisah yang bercerita
seputar pahlawan atau peristiwa tertentu, serta memunculkan hubungan
antara para pahlawan dari cerita yang berbeda-beda; ceita-cerita itu
kemudian disusun secara berurutan. Menurut Ken Dowden, "bahkan ada efek
saga: kita dapat mengikuti cerita beberapa keluarga dalam
generasi-generasi yang saling berurutan".[18]
Setelah munculnya kultus pemujaan terhadap para pahlawan, maka dewa
dan pahlawan disembah dan dipuja bersama-sama dalam ritual yang sakral.
Dewa dan pahlawan juga disebut bersama-sama dalam doa dan ikrar yang
dialamatkan pada mereka.[20]
Berlawanan dengan zaman para dewa, pada zaman pahlawan jumlah para
pahlawan tidak dibatasi dan tidak ada daftar tetapnya. Pada masa ini,
tidak ada lagi dewa besar yang dilahirkan, namun pahlawan-pahlawan baru
selalu ada saja yang muncul. Perbedaan lainnya antara kultus pemujaan
pahlawan dan dewa adalah bahwa pahlawan menjadi pusat dari identitas
kelompok lokal.[20]
Peristiwa-peristiwa monumental dalam kisah Herakles
dianggap sebagai masa-masa akhir dari Zaman Pahlawan. Pada Zaman
Pahlawan ini juga terjadi tiga peristiwa besar, yaitu ekspedisi para Argonaut, Siklus Thebes dan Perang Troya.[
Tidak ada komentar:
Posting Komentar